My Blog


Jumat, 18 Oktober 2013

Tugas 2 Bahasa Indonesia - Cerpen "Realita Sosial"

Ikhlas dalam Memberi...

Tari dan Egha merupakan sahabat sejati, kemanapun pergi selalu saja mereka terlihat bersama. Sejak perpisahan sekolah dua tahun yang lalu, mereka memang terlihat jarang untuk bermain. Tari memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi sedangkan egha menunda setahun untuk bekerja lebih dulu. Kedua hal yang berbeda ini tidak menjadikan mereka lantas lost contact. Karena, tidak bertemu langsungpun mereka masih bisa berkomunikasi melalui gadget masing-masing. Mereka merupakan sahabat sejati yang selalu berbagi suka dan duka, dari segala hal tentang sekolah, guru, teman, sampai ke urusan pacar. Sampai suatu hari Tari mengirim pesan singkat kepada sahabatnya yang isinya adalah ingin mengajak sahabatnya itu bertemu sekaligus jalan.
Tidak perlu menunggu waktu lama untuk Egha membalas pesan singkat yang diterimanya. Karena, Egha menerima tawaran sahabatnya itu dengan senang hati dan sekaligus jadi ajang temu kangen dengan sahabatnya Tari.
Tiba di sebuah tempat yang bisa di bilang tempat itu banyak berjejeran tempat makan, dengan pemandangan yang asri nan sejuk.
Yaaa... betul saja, mereka berdua ternyata pergi untuk mencari makan di tempat yang sejuk dan penuh penghijauan, dimana lagi kalo bukan Bogor yang jadi tempat pilihan mereka makan.
Mereka memilih warung makan lesehan sebagai tempat kuliner hari itu. Sambil mereka memilah-milih makanan yang ingin dipesan, Tari sejenak menoreh ke arah sebrang jalan.. yaaa.. karena disitu terlihat seorang kakek tua yang sedang duduk di bawah pohon dengan muka yang pucat, pakaian yang compang-camping dan bercucuran keringat.

Lalu tidak lama kemudian kakek itu berdiri dan melakukan aktivitasnya kembali yaitu mengemis demi mencari sesuap nasi. Seketika itu Tari beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri kakek tua tersebut..
 “Tar.. mau kemana kamu? “tanya Egha”.
“Bentar ya gha.. aku mau keluar sebentar, “Jawab Tari”.
Tari mulai mendekati kakek tua itu dan mencoba untuk bertanya sesuatu yang sedang ia lakukan.
Tari : Sore kek, saya Tari... apa yang sedang kakek lakukan di tempat seperti ini?
Kakek : Sore non.. ini kegiatan yang tiap hari kakek lakukan, mengemis demi mendapatkan uang dan untuk menyambung hidup.
Tari : sungguh terharu aku melihat hal yang kakek lakukan di tempat ini (suara dalam hati Tari). Wajah kakek pucat, Apa kakek sudah makan? Kalau boleh aku ingin mengajak kakek ke tempat makan di sebrang sana untuk menemaniku makan. “ajak Tari dengan senyum”.
Kakek : alhamdulillah non, kakek belum makan dari kemarin sore. Tetapi kakek tidak ingin merepotkan non.
Tari : aah tidak apa kek, mari ikut denganku...
Kemudian Tari pun berhasil mengajak kakek tua itu untuk ikut makan bersama dengannya dan Egha.
Tari : kek, kakek mau makan apa? “tanya Tari (lemah lembut)”.
Kakek : kakek makan apa saja terserah non, sudah bisa makanpun kakek bersyukur, (suara kakek sambil batuk-batuk kecil).
Egha : kakek ini siapa Tar? Kenapa tiba-tiba kalian bisa akrab dan langsung ngajak dya ikut makan bareng kita? “tanya Egha dengan suara bisik-bisik ke Tari”.
Tari : sudah nanti saja aku ceritakan. “jawab Tari dengan pelan”.
Egha : Baiklah kalau begitu..
Tari mencoba untuk memesan makanan untuk si kakek tua itu.
“kek.. aku udah pesenin makanan untuk kakek, kita tunggu bersama ya,”ungkap Tari”.
Sejenak Egha mengerti apa yang sedang dilakukan Tari pada Kakek tua tersebut dan memahami dengan baik tujuan yang sahabatnya lakukan. Dengan penasaran si Egha pun bertanya pada si kakek tua itu.
Egha : hey kek, aku Egha sahabat dekatnya Tari. Boleh aku tau nama kakek? “tanya Egha pada sang kakek”.
Kakek : baik non, senang rasanya kenal dengan kalian yang sungguh baik dengan kakek. Panggil saja saya si “Kakek Tua”.
Egha : hemm.. baiklah kek.. saat ini kakek tinggal bersama siapa? Keluarga kakek dimana? Anak kakek? “pertanyaan Egha yang bertubi-tubi”.
Tari : hussss.. Egha, pertanyaan kamu bikin kakek pusing dan bingung untuk menjawab.
Kakek : tidak apa non, kakek pun akan menjawab pertanyaan itu dengan senang hati. Saat ini kakek tinggal sebatang kara, tempat tinggal pun tak menentu. Siang dan malam, hujan dan panas sudah menjadi teman untuk kakek. Sejak 10 tahun lalu istri dan anak-anak pergi meninggalkan kakek karena kehidupan kami yang terus tidak ada perubahan. Perekonomian yang semakin mahal dan keseharian kakek yang harus bekerja seperti ini membuat mereka tidak betah untuk tinggal bersama kakek lagi. “jawab kakek dengan muka sedih”.
Tari : maaf kek, kami jadi bikin sedih kakek dan mengingat kembali hal itu. “ungkap Tari dengan rasa terharu”.
Kakek : tidak apa non, inilah kenyatan hidup yang harus kakek jalani...
Tidak lama kemudian, satu-persatu makanan yang mereka pesan datang. Merekapun dengan cepat menyantap makanan tersebut. Tari diam-diam memperhatikan si kakek tua itu makan dengan lahap, perasaan ia pun menjadi terharu dan sedih. Air matanya mengucur dengan sendirinya melihat kakek itu, dya berfikir bagaimana jika ia di posisikan seperti kakek tua itu. Sungguh sangat beruntung untuknya dapat menikmati kehidupan saat ini dengan keadaan yang berkecukupan.
Beberapa lama kemudian kakek tersebut mengucapkan “Alhamdulillah.. Alhamdulillah untuk nikmat hari ini dan Alhamdulillah untuk makan yang ia makan hari ini” dengan rasa berterimakasih ia ucapkan kepada kedua sahabat itu.
Egha dan Tari menjawab Alhamdulillah kek, ini nikmat Allah yang di titipkan untuk kakek.
Dengan sedikit uang yang tersisa di saku, mereka berkeinginan untuk memberikannya kepada sang kakek dengan alasan tambahan rezeki untuk kakek.
Dengan beruraian air mata, kakek mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada sahabat itu. Kakek tidak bisa membalas kebaikan kalian, tapi hanya doalah yang bisa kakek berikan demi kebaikan kalian nanti.
“Terimakasih kek, semoga apa yang kakek doakan untuk kami dapat terkabul dan bisa terjadi pada kakek juga”.
Tidak terasa waktu semakin malam, dan waktupun yang harus memisahkan pertemuan singkat mereka dengan si kakek tua itu. Dengan rasa yang masih terharu mereka pun berjanji akan datang lain waktu untuk bertemu dengan si kakek itu.

Pesan yang tersirat dalam kisah ini adalah indah jika kita saling berbagi, ikhlas dalam memberi dengan siapapun, sesungguhnya berbagi tidak akan membuat seseorang menjadi miskin.

Nama               : Ani Puji Lestari
Kelas               : 3EB09
Npm                : 20211909
Fak / Jurusan   : Ekonomi / Akuntansi