Nama
: Ani Puji Lestari
Kelas
: 1EB07
Npm
: 20211909
Fak
/ Jurusan : Ekonomi / Akuntansi
1. Struktur produksi
Proses
produksi antara beberapa pekerjaan sampai menjadi produk akhir atau produk jadi
yang ditunjukkan dengan skema. Struktur produksi nasional bisa dilihat di
lapangan usaha dan hasil produksi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan
lapangan usaha struktur produksi nasional terdiri dari sebelas lapangan usaha
dan berdasarkan hasil produksi nasional terdiri dari 3 sektor, yakni sektor
primer, sekunder, dan tersier.
Perubahan struktur produksi dapat terjadi karena :
1) Sifat
manusia dalam perilaku konsumsinya yang berubah dari konsumsi barang pertanian
menuju konsumsi barang-barang industri.
2) Perubahan
teknologi yang terus-menerus.
3) Semakin
meningkatnya keuntungan komparatif dalam memproduksi barang-barang industri.
2. Pendapatan Nasional
a. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional dapat diartikan sebagai suatu angka
atau nilai yang menggambarkan seluruh produksi, pengeluaran, ataupun pendapatan
yang dihasilkan dari semua pelaku/sektor ekonomi dari suatu negara dalam kurun
waktu tertentu.
b. Cara Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan
Pendekatan Nasional (GDP)
Menurut
pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai barang
dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha (sektor) dalam suatu
negara selama satu tahun. Contoh, untuk memproduksi kemeja harus diproduksi
lebih dahulu kain, benang, dan kapas. Kemeja dibuat dari kain, kain dibuat dari
benang, dan benang dibuat dari kapas. Jika akan menjumlahkan nilai akhir (harga
dikalikan dengan volume yang diproduksi) dari kemeja, kain, benang, dan kapas,
maka akan timbul apa yang dinamakan perhitungan ganda (double counting). Hal
ini terjadi karena, dalam nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai akhir
benang, dan dalam nilai benang terdapat nilai akhir dari kapas. Begitu
seterusnya. Sehingga, untuk memperoleh total produk yang dihasilkan suatu
negara, harus digunakan nilai tambah (value added). Secara sistematis,
pendekatan produksi dapat ditulis dengan :
n
NI
= å
VAi
I=1
Dimana
:
NI
: national income (pendapatan nasional)
VA
: value added (nilai tambah)
n : jumlah sektor dalam perekonomian
Contoh
perhitungan nilai tambah :
Jenis Barang
|
Harga
|
Nilai Tambah
|
Kapas
|
Rp.
5.000.000
|
Rp.
5.000.000
|
Benang
|
Rp.
7.500.000
|
Rp.
2.500.000
|
Kain
|
Rp. 12.500.000
|
Rp.
5.000.000
|
Kemeja
|
Rp. 20.000.000
|
Rp.
7.500.000
|
Rp
45.000.000
|
Rp. 20.000.000
|
Menurut tabel, sumbangan empat jenis barang tersebut
bagi pendapatan nasional adalah jumlah seluruh nilai tambah, yakni Rp.
20.000.000 dan bukan Rp. 45.000.000.
Perhitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan produksi sangat terkait dengan dua konsep
produksi nasional, yaitu Gross Dosmetic Product (GDP) dan Gross National
Product (GNP). Perbedaan keduanya terletak pada sudut pandang pihak yang
melakukan produksi.
GDP dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada
GNP. Jika GDP suatu negara lebih besar dari GNP-nya, maka penanaman modal asing
(PMA atau investasi asing) di negara itu lebih besar daripada penanaman modal
negara itu di luar negeri. Kondisi ini terjadi pada negara-negara yang sudah berkembang.
Selisih GDP dengan GNP disebut Net Factor Payment atau Net-Factor Income to
Abroad. Net Factor payment ini adalah jumlah neto dari pendapatan orang asing
di dalam negeri dikurangi dengan pendapatan warga negara sendiri di luar negeri.
Jadi, dapat dikatakan pula bahwa GNP adalah GDP dikurangi Net Factor Payment.
c. Cara Penghitungan Pendapatan Nasional dengan
Pendekatan Pengeluaran (GNP)
Menurut
pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh
pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam
satu tahun. Pengeluaran yang dijumlahkan itu terdiri atas :
1) Pengeluaran
konsumsi perorangan dari rumah tangga (personal consumption expenditure),
berupa pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan
saat ini.
2) Investasi
domestik bruto, berupa : bangunan-bangunan baru, alat-alat produksi yang tahan
lama, dan persediaan barang-barang oleh perusahaan. Termasuk pula di dalamnya
adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, seperti membangun jembatan
jalan, dan jaringan irigasi. Dalam konteks Indonesia, investasi ini sering
disebut dengan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto.
3) Pengeluaran
konsumsi pemerintah (government expenditure) yang terlihat dalam pengeluaran
rutin pemerintah, seperti membayar gaji pegawai negeri dan membeli peralatan
kantor.
4) Ekspor
neto, yaitu selisih antara ekspor dengan impor. Ekspor merupakan sejumlah
barang dan jasa dalam negeri yang dibeli oleh pihak luar negeri sehingga
menambah pendapatan nasional. Sementara Impor merupakan sejumlah barang dan
jasa luar negeri yang dibeli oleh pihak dalam negeri. Pada perhitungan
pendapatan nasional, impor merupakan faktor pengurang penghitungan. Karena,
produksi barang impor dilakukan di Luar negeri sehingga tidak masuk dalam
Pendapatan Nasional.
Secara
sistematis, penghitungan pendekatan pengeluaran dapat ditulis sebagai berikut:
NI = C + I + G + ( X-M )
Dimana
:
NI : National Income (Pendapatan Nasional)
C :
Consumption (Konsumsi Rumah Tangga)
I
: Investment (Investasi)
G : Government Expenditure (Pengeluaran
Pemerintah)
X : Export
M : Import
d. Cara Penghitungan Pendapatan Nasional dengan
Pendekatan Pendapatan (NI)
Menurut
pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama satu tahun.
Faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta
(entrepreneur) yang digunakan dalam proses produksi diberikan balas jasa berupa
sewa, bunga, upah atau gaji, dan laba. Karena faktor-faktor produksi tersebut
dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang dalam masyarakat, maka balas
jasanya kembali pada masyarakat sebagai pendapatan nasional.
Pendapatan
Nasional dengan pendekatan pendapatan dapat ditulis secara sistematis sebagai
berikut :
NI = w + i + r + p
Dimana
:
NI : National Income (Pendapatan Nasional)
w : Wage (Upah)
i : Interest ( Bunga)
r : Rent (Sewa)
p : Profit (Laba)
Pendapatan
nasional yang dihitung dengan pendekatan pendapatan dikenal dengan sebutan
Gross National Income (GNI). Jika GNI dikurangi dengan penyusutan barang-barang
modal disebut Net National Income (NNI).
e. Pendapatan Nasional yang Siap Dibelanjakan ( Y
disposible)
Pendapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
Income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak.
Contohnya seperti, Pajak Pendapatan.
f.
Pendapatan
Nasional Per Kapita
Pendapatan
rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu
tahun. Pendapatan Per Kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai
barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada
suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional
pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun
tersebut.
Konsep
pendapatan nasional yang bisa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita
pada umumnya adalah Pendapatan Dosmetik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto
(PNB). Dengan demikian pendapatan per kapita dari suatu negara dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
1)
PDB per
kapita =
PDB tahun t
Jumlah penduduk pada tahun t
2)
PNB per
kapita =
PNB tahun t
Jumlah penduduk pada
tahun t
Contoh
:
Negara
x pada tahun 1 memilik produk domestik bruto sebesar US $100.000.000 dan jumlah
penduduk sebanyak 2.500.000 jiwa. Berapa pendapatan per kapita negara x pada
tahun t ?
Jawab
:
PNB
perkapita negara x pada tahun t adalah :
US
$100.000.000,00 =
US $40,00
2.500.000
3. Distribusi Pendapatan Nasional dan Kemiskinan
Telah dikemukakan bahwa tingkat kemakmuran suatu
bangsa berhubungan erat dengan pendapatan per kapita dari negara yang
bersangkutan. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin makmur suatu
bangsa. Namun, tingginya pendapatan per kapita tidak menjamin bahwa seluruh
masyarakat telah menikmati kemakmuran. Misalnya, dengan meningkatnya pendapatan
per kapita, kita tetap tidak mengetahui apakah keadaan sebagian besar warga
miskin telah membaik atau tidak. Pendapatan per kapita hanya merupakan gambaran
secara umum dari kesejahteraan penduduk suatu negara.
Struktur distribusi pendapatan nasional akan
menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan
perubahan dan perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan,
pengangguran, dan kesulitan lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan
nasional yang tidak merata tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat
secara umum.
Salah satu masalah yang cukup mendesak untuk diatasi
oleh suatu negara adalah masalah kemiskinan. Untuk itulah ekonomi Indonesia
memiliki Trilogi Pembangunan yang didalamnya ada poin pemerataan. Meskipun
sampai dengan saat ini rakyat yang masih hidup dalam kemiskinan masih cukup
besar (+/- dari 100 orang Indonesia, 11-12 orang diantaranya masih miskin),
namun upaya untuk membantu mereka terus diupayakan. Beberapa diantaranya adalah
dengan program IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan kemitraan pengusaha besar dan
pengusaha kecil yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Resensi
:
Ø Ritonga,
T, M, dkk. 2007. “Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas X”. Jakarta:PHIBETA.
Ø Aries
Budi S., 1996, Buku Paket Perekonomian Indonesia, Universitas Gunadarma,
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar