My Blog


Jumat, 04 Mei 2012

Pertemuan ke – 5 & 6 Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan


Nama              : Ani Puji Lestari
Kelas               : 1EB07
Npm                : 20211909
Fak / Jurusan   : Ekonomi / Akuntansi

1.      Struktur produksi
Proses produksi antara beberapa pekerjaan sampai menjadi produk akhir atau produk jadi yang ditunjukkan dengan skema. Struktur produksi nasional bisa dilihat di lapangan usaha dan hasil produksi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan lapangan usaha struktur produksi nasional terdiri dari sebelas lapangan usaha dan berdasarkan hasil produksi nasional terdiri dari 3 sektor, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier.
Perubahan struktur produksi dapat terjadi karena :
1)  Sifat manusia dalam perilaku konsumsinya yang berubah dari konsumsi barang pertanian menuju konsumsi barang-barang industri.
2)      Perubahan teknologi yang terus-menerus.
3)      Semakin meningkatnya keuntungan komparatif dalam memproduksi barang-barang industri.

2.      Pendapatan Nasional
a.      Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional dapat diartikan sebagai suatu angka atau nilai yang menggambarkan seluruh produksi, pengeluaran, ataupun pendapatan yang dihasilkan dari semua pelaku/sektor ekonomi dari suatu negara dalam kurun waktu tertentu.

b.      Cara Perhitungan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Nasional (GDP)
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha (sektor) dalam suatu negara selama satu tahun. Contoh, untuk memproduksi kemeja harus diproduksi lebih dahulu kain, benang, dan kapas. Kemeja dibuat dari kain, kain dibuat dari benang, dan benang dibuat dari kapas. Jika akan menjumlahkan nilai akhir (harga dikalikan dengan volume yang diproduksi) dari kemeja, kain, benang, dan kapas, maka akan timbul apa yang dinamakan perhitungan ganda (double counting). Hal ini terjadi karena, dalam nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai akhir benang, dan dalam nilai benang terdapat nilai akhir dari kapas. Begitu seterusnya. Sehingga, untuk memperoleh total produk yang dihasilkan suatu negara, harus digunakan nilai tambah (value added). Secara sistematis, pendekatan produksi dapat ditulis dengan :
n
NI = å VAi
I=1
Dimana :
NI : national income (pendapatan nasional)
VA : value added (nilai tambah)
n   : jumlah sektor dalam perekonomian

Contoh perhitungan nilai tambah :
Jenis Barang
Harga
Nilai Tambah
Kapas
Rp.   5.000.000
Rp.   5.000.000
Benang
Rp.   7.500.000
Rp.   2.500.000
Kain
Rp. 12.500.000
Rp.   5.000.000
Kemeja
Rp. 20.000.000
Rp.   7.500.000

Rp  45.000.000
Rp. 20.000.000

Menurut tabel, sumbangan empat jenis barang tersebut bagi pendapatan nasional adalah jumlah seluruh nilai tambah, yakni Rp. 20.000.000 dan bukan Rp. 45.000.000.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi sangat terkait dengan dua konsep produksi nasional, yaitu Gross Dosmetic Product (GDP) dan Gross National Product (GNP). Perbedaan keduanya terletak pada sudut pandang pihak yang melakukan produksi.
GDP dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada GNP. Jika GDP suatu negara lebih besar dari GNP-nya, maka penanaman modal asing (PMA atau investasi asing) di negara itu lebih besar daripada penanaman modal negara itu di luar negeri. Kondisi ini terjadi pada negara-negara yang sudah berkembang. Selisih GDP dengan GNP disebut Net Factor Payment atau Net-Factor Income to Abroad. Net Factor payment ini adalah jumlah neto dari pendapatan orang asing di dalam negeri dikurangi dengan pendapatan warga negara sendiri di luar negeri. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa GNP adalah GDP dikurangi Net Factor Payment.

c.       Cara Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (GNP)
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam satu tahun. Pengeluaran yang dijumlahkan itu terdiri atas :
1)   Pengeluaran konsumsi perorangan dari rumah tangga (personal consumption expenditure), berupa pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan saat ini.
2)   Investasi domestik bruto, berupa : bangunan-bangunan baru, alat-alat produksi yang tahan lama, dan persediaan barang-barang oleh perusahaan. Termasuk pula di dalamnya adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, seperti membangun jembatan jalan, dan jaringan irigasi. Dalam konteks Indonesia, investasi ini sering disebut dengan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto.
3)    Pengeluaran konsumsi pemerintah (government expenditure) yang terlihat dalam pengeluaran rutin pemerintah, seperti membayar gaji pegawai negeri dan membeli peralatan kantor.
4)    Ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dengan impor. Ekspor merupakan sejumlah barang dan jasa dalam negeri yang dibeli oleh pihak luar negeri sehingga menambah pendapatan nasional. Sementara Impor merupakan sejumlah barang dan jasa luar negeri yang dibeli oleh pihak dalam negeri. Pada perhitungan pendapatan nasional, impor merupakan faktor pengurang penghitungan. Karena, produksi barang impor dilakukan di Luar negeri sehingga tidak masuk dalam Pendapatan Nasional.

Secara sistematis, penghitungan pendekatan pengeluaran dapat ditulis sebagai berikut:

NI = C + I + G + ( X-M )

Dimana :
NI  : National Income (Pendapatan Nasional)
C    : Consumption (Konsumsi Rumah Tangga)
I     : Investment (Investasi)
G   : Government Expenditure (Pengeluaran Pemerintah)
X   : Export
M   : Import

d.      Cara Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan (NI)
Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama satu tahun. Faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta (entrepreneur) yang digunakan dalam proses produksi diberikan balas jasa berupa sewa, bunga, upah atau gaji, dan laba. Karena faktor-faktor produksi tersebut dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali pada masyarakat sebagai pendapatan nasional.
Pendapatan Nasional dengan pendekatan pendapatan dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut :

NI = w + i + r + p

Dimana :
NI  : National Income (Pendapatan Nasional)
w   : Wage (Upah)
i     : Interest ( Bunga)
r     : Rent  (Sewa)
p    : Profit (Laba)

Pendapatan nasional yang dihitung dengan pendekatan pendapatan dikenal dengan sebutan Gross National Income (GNI). Jika GNI dikurangi dengan penyusutan barang-barang modal disebut Net National Income (NNI).

e.       Pendapatan Nasional yang Siap Dibelanjakan ( Y disposible)
Pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable Income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak. Contohnya seperti, Pajak Pendapatan.

f.        Pendapatan Nasional Per Kapita
Pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan Per Kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
Konsep pendapatan nasional yang bisa dipakai dalam menghitung pendapatan per kapita pada umumnya adalah Pendapatan Dosmetik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Dengan demikian pendapatan per kapita dari suatu negara dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

1)    PDB per kapita  =  PDB tahun t
     Jumlah penduduk pada tahun t

2)    PNB per kapita  =  PNB tahun t
Jumlah penduduk pada tahun t

Contoh :
Negara x pada tahun 1 memilik produk domestik bruto sebesar US $100.000.000 dan jumlah penduduk sebanyak 2.500.000 jiwa. Berapa pendapatan per kapita negara x pada tahun t ?
Jawab :
PNB perkapita negara x pada tahun t adalah :
US $100.000.000,00 = US $40,00
2.500.000

3.      Distribusi Pendapatan Nasional dan Kemiskinan
Telah dikemukakan bahwa tingkat kemakmuran suatu bangsa berhubungan erat dengan pendapatan per kapita dari negara yang bersangkutan. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin makmur suatu bangsa. Namun, tingginya pendapatan per kapita tidak menjamin bahwa seluruh masyarakat telah menikmati kemakmuran. Misalnya, dengan meningkatnya pendapatan per kapita, kita tetap tidak mengetahui apakah keadaan sebagian besar warga miskin telah membaik atau tidak. Pendapatan per kapita hanya merupakan gambaran secara umum dari kesejahteraan penduduk suatu negara.
Struktur distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesulitan lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum.
Salah satu masalah yang cukup mendesak untuk diatasi oleh suatu negara adalah masalah kemiskinan. Untuk itulah ekonomi Indonesia memiliki Trilogi Pembangunan yang didalamnya ada poin pemerataan. Meskipun sampai dengan saat ini rakyat yang masih hidup dalam kemiskinan masih cukup besar (+/- dari 100 orang Indonesia, 11-12 orang diantaranya masih miskin), namun upaya untuk membantu mereka terus diupayakan. Beberapa diantaranya adalah dengan program IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan kemitraan pengusaha besar dan pengusaha kecil yang dicanangkan oleh Pemerintah.


Resensi :
Ø  Ritonga, T, M, dkk. 2007. “Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas X”. Jakarta:PHIBETA.
Ø  Aries Budi S., 1996, Buku Paket Perekonomian Indonesia, Universitas Gunadarma, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar